DonkeyMails.com: No Minimum Payout
Join Vinefire!

Selamat Bergabung di INDONESIA MANDIRI

Berat????,,, memang di situlah letak nya perjuangan demi kemajuan kita barsama.
Kalau saja Bung Karno dengan kesederhanaan gaya hidup Rakyat Indonesia ketika itu berani memperjuangkan, dan bahkan beliau sangat kenyang keluar masuk Penjara - kami yakin kita tidak akan seperti itu, namun tetap memerlukan Pemikiran significant, bila tidak maka DEKOLONIALISASI gaya baru akan sangat tidak terasa apabila anda tidak bergerak darisekaran.

Rabu, 29 Juli 2009

Temukan dan Kembangkan Talentanya

Mendidik anak rasanya amat sulit. Jauh lebih sulit daripada bekerja di kantor. Kesabaran dan kreativitas dalam mengembangkan minat mereka tidak memiliki waktu libur ataupun cuti. Ketakutan akan masa mendatang dengan kemampuan orang tua untuk menyediakan fasilitas pendidikan yang sesuai terasa jadi beban yang menghimpit.
Hari ini Indonesia merayakan Hari Anak Nasional. Bagi saya masa depan anak Indonesia terletak di dalam kemampuan bangsa menyediakan pendidikan bagi anak-anak bangsa (baca artikel "Ngontrak di Tanah Sendiri").
Baru-baru ini saya sempat bertemu dengan Bapak Iqbal Thahir yang membuka Konservatori Musik Iqbal Thahir di BSD. Beliau sempat mengutarakan keprihatinan akan pendidikan anak Indonesia. Tidak semua anak Indonesia berbakat pada pelajaran eksakta. Demikian juga tidak semua anak senang dengan pelajaran menghafal. Salah satu kelemahan pelajaran sekolah kita memang terletak pada tuntutan menghafal yang cukup tinggi.
Kami membicarakan betapa teman-teman sekolah yang dahulu tampak biasa-biasa saja secara akademis ternyata banyak yang kemudian menonjol di dalam bidang pekerjaan yang diminatinya. Betapa nilai akademis hanya tinggal sekedar nilai bila dalam penerapannya tidak dilaksanakan dengan hati.
Ada kecenderungan dari orang tua zaman sekarang untuk memperkuat anak secara akademis. Sejak dari KB (Kelompok Bermain) maupun TK (Taman Kanak-kanak) anak-anak kota besar sudah mulai terbebani dengan les atau bimbingan belajar. Cukup banyak orang tua yang memilih les yang hanya berhubungan dengan kemampuan akademis semata.
Sebenarnya setiap anak memiliki talenta masing-masing. Tugas utama orang tua dan pendidiknya untuk menemukan dan mengasah talenta tersebut. Dukungan orang tua, pendidik dan lingkungan anak sangat menentukan dalam memotivasi anak memperkuat talentanya.
Saya sudah melihat film yang menceritakan kisah He Ah Lee, pianis dengan hanya empat jari (baca artikel "Kebesaran Hati Ibu Mampu Mengubah Derita Anak"). Ternyata ibunya dengan berurai air mata terpaksa ikut mengajarkan disiplin kepada anaknya untuk terus berlatih. Di satu pihak sang ibu sedih karena melihat penderitaan sang anak saat berlatih piano (tangan dan kakinya sampai luka-luka), tapi di lain pihak ia tahu ini adalah talenta sang anak yang perlu dikembangkan.
Baik Rudy Hartono maupun Susi Susanti pasti memiliki dukungan dan dorongan yang cukup sehingga bisa mencapai prestasi mereka. Bakat tinggi dari Mira Lesmana dan Indra Lesmana berbuah dengan cepat karena sejak awal mereka sudah memperoleh pemupukan yang tepat.
Tetapi dorongan dan pemupukan talenta anak harus tetap dalam koridornya sebagai hak anak atas pendidikan. Bukan sebaliknya menjadi landasan eksploitasi terhadap bakat anak. Keseimbangan terhadap hak dan kewajibannya akan membantu membentuk anak yang mandiri. Semuanya tentu berjalan sesuai dengan waktu yang sesuai dengan umurnya. Kak Seto, psikolog yang berkecimpung di bidang pendidikan dan Hak Anak, pernah mengingatkan: "Jangan lupa bahwa anak bukan miniatur orang dewasa!".
Sementara itu kesulitan yang muncul terasa semakin kompleks: antara tuntutan untuk menyediakan kebutuhan finansial, tuntutan untuk menyediakan waktu dan perhatian terhadap anak, tuntutan untuk turut serta mengawasi perkembangan dan pergaulan anak supaya bisa menjadi manusia yang dewasa (secara fisik dan rohani, secara logika dan emosional). Semoga semua kesulitan ini tidak mengalahkan kita dalam mencari dan mengembangkan talenta anak Indonesia. Bukan sekedar bagi anak-anak yang secara biologis bergantung kepada kita sebagai orang tuanya, tapi juga kepada anak-anak yang terpinggirkan oleh sistem dan kondisi lingkungannya.
Selamat Hari Anak Nasional!
ANAKMU bukan anakmu !
“Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir
melaluimu tetapi bukan berasal darimu.
Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,
curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan pikiranmu
karena mereka dikaruniai pikirannya sendiri.

Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya, karena
jiwanya milik masa mendatang, yang tak bisa kau datangi
bahkan dalam mimpi sekalipun.

Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah
menuntut mereka jadi seperti sepertimu.
Sebab kehidupan itu menuju ke depan, dan
tidak tenggelam di masa lampau.

Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang melucur.
Sang Pemanah mahatahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menentangmu dengan kekuasaanNya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.

Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap”.

Buat 'anak-anakku' : Selamat Hari Anak 23 Juli 2008.
Khalil Gibran

Tidak ada komentar:

KOMPAS.com

DonkeyMails.com: No Minimum Payout

Foto Kiriman

Foto Kiriman
Mei 1998

di senayan

menunggu keputusan Mei 1998