DonkeyMails.com: No Minimum Payout
Join Vinefire!

Selamat Bergabung di INDONESIA MANDIRI

Berat????,,, memang di situlah letak nya perjuangan demi kemajuan kita barsama.
Kalau saja Bung Karno dengan kesederhanaan gaya hidup Rakyat Indonesia ketika itu berani memperjuangkan, dan bahkan beliau sangat kenyang keluar masuk Penjara - kami yakin kita tidak akan seperti itu, namun tetap memerlukan Pemikiran significant, bila tidak maka DEKOLONIALISASI gaya baru akan sangat tidak terasa apabila anda tidak bergerak darisekaran.

Selasa, 02 Juni 2009

Aspirasi Tentang Demokrasi Perempuan

Kenapa harus minder untuk persoalan emansipasi, terutama permasalahan tentang perempuan, apalagi jika dibandingkan dengan negara – negara eropa. Contoh Sosok perempuan yaitu Ratu Sima, adalah ratu yang dapat memimpin rakyat yang dengan budaya patriarki. Masa itu Prancis malah memancung Joan Of Arc, yang seyogyanya adalah pejuang yang membela negaranya ketika perang melawan Inggris. Di negara Indonesia tercinta inipun, mempunyai sosok perempuan yakni Ratu kali Nyamat dari kerajaan Demak , dimana pada masa pemerintahannya, sang ratu ini membela kehormatannya dikalangan kaun laki- laki. Sang Ratu Kali Nyamat merupakan sosok dari salah satu perempuan yang sangat kritis akan opini masyarakat yang lebih mangacu kepada budaya – dan nilai konserfatif, meskipun tidak dijelaskan secara jelas tentang nasionalisme.

Sosok wanita lain yang dapat kita temui adalah pahlawan wanita dari Aceh yaitu Cut Nyak Dien, yang hingga masa tua dan meninggalnya, Cut Nyak Dien tetap berjuang untuk membela dan mempertahankan tanah air dari penjajah kolonial Belanda. Memasuki tahun 1900an tepatnya di tahun 1911, kita kemudian sangat mengenal sosok RA Kartini yang adalah seorang wanita bangsawan dari Jepara Jawa Tengah yang menerbitkan sebuah Buku Putih berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang ( Untuk Buku Berbahasa Belandanya adalah : Door Duisterbis tot Licgh ). Diusia mudanya RA Kartinilah merupakan wanita pertama di Indonesia yang sangat asiratif terhadap permasalahan perempuan dan permasalahan laki-laki itu sendiri.

Dalam Teory Plato dapat kita temukan tentang arti dan makna tentang prinsip keadilan untuk semua masyarakat yang setara dan seimbang, Dan dalam teori plato inipun dapat kita temukan arti dan maknanya di dalam surat – surat yang di buat oleh RA Kartini.

Karena semua buah pikir dari Plato adalah merupakan kegelisahan tentang bagaimana perempuan itu di nimorduakan ketika itu. Wanita sama sekali tidak dapat bersentuhan dengan kegiatan yang berhubungan dengan publik, apalagi jika berhubungan dengan kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan pemerintahan.

Karena untuk membangun bangsa tidak hanya bisa dilakukan oleh laki- laki saja. Tapi peranan perempuan pun sangat menentukan untuk membangun sumber daya manusia itu sendiri. Karena hanya perempuan yang dapat merawat janin yang ada didalam kandungan yang pada akhirnya akan lahir jabang bayi yang dapat meneruskan pembangunan bangsa. Dan hanya sosok perempuan yang dapat mengurus bayi – bayi tersebut ,Dan jika perempuan tersebut sendiri tidak perduli akan kondisi dan kesehatan bayi yang akan dilahirkan maka yang akan terjadi kemudian adalah lahir generasi – generasi yang mempunyai cacat serta lemah baik secara mental ataupun fisiknya. Dan jika ini terjadi pada negeri ini, makainpian untuk menjadi bangsa yang merdeka,damai, sejahtera dan mandiri tentu tidak akan terlaksana.

R.A Kartini adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah kelahiran emansipasi Wanita dalam Negara kita Indonesia, yang akhirmya melahirkan istilah tentang kesetaraan gender.

Berbicara kesetaraan gender adalah tentang kesetaraan dan persamaan peran diantara perempuan dan laki – laki dalam berbagai hal. Hal yang paling menonjol adalah tentang pekerjaan. Dimana pada jaman itu kodrat seorang wanita berada jauh di bawah laki- laki, terbukti dengan sangat jarangnya perempuan yang mendapatkan pendidikan yang tinggi serta perlakuan yang layak dan baik. Karena sesuai pemikiran yang kuno pada saat itu , perempuan hanya dapat mengurus dapur, dan merawat dan melayani suami serta anak – anaknya. Pantang bagi perempuan jika harus berlama – lama berada diluar rumah, apalagi untuk menjadi seorang pemimpin. Tapi kini, seiring dengan semakin kerasnya perbincangan tentang kesetaraan gender ini, maka akan semakin kuat juga pemikirian itu di tentang dengan sangat. Akhirnya para perempuan ini berupaya untuk mendapatkan pengakuan akan kemampuannya di dalam berbagai bidang, dimana para ibu rumah tangga

Menjadikan pekerjaan rumah tangga itu sebagai pekerjaan sampingan akan posisi mereka di luar sana. Tapi semua hal itu mereka lalui dengan proses yang sama yang dapat diperoleh dari kaum pria. Contohnya, jika menempuh pendidikan yang tidak jarang dan cukup berkompeten, atau mungkin dengan pembekalan skill melalui kursus – kursus singkat. Dari situ, kaum perempuan mulai merasa memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan kaum pria. Mereka juga mulai bersaing tidak hanya dengan kaum wanita lagi, dan merekapun berani untuk bersaing dengan pria untuk mendapatkan posisi yang sama. Tapi kemudian setelah mereka mendapatkan jalan untuk mencapai obsesi mereka, mereka semakin termotivasi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, bahakan lebih lagi. Tapi seringkali juga perempuan di racuni oleh ego ambisiusnya sendiri, dan mencoba untuk menghalalkan segala cara demi tercapainya semua obsesi mereka, bahkan bermain – main dengan norma dan prinsip keagamaan.

Satu sisi lain perihal kesetaraan gender ini banyak lebih menguntungkan p[ada perempuan, karena perempuan dapat memiliki kebebasan seluas – luasnya untuk meraih cita – cita dan mendapatkan hak agar diperlakukan samaseperti kaum laki-laki umumnya, dan tidak ingin terkekang oleh pemikiran kuno yang membuat mereka kembali akan kodrat.. Perempuan pun mulai bebas dan berani untuk memengemukakan pendapat ,opini dan juga mulai untuk menentukan sendiri akan keinginan yang ingin di raihnya.

Akhirnya kaum perempuan mulai naik dan terlihat dalam sepak terjangnya di berbagai aspek kehidupan. Contohnya dari jabatan ketua organisasi sampai kepada jabatan nomor satu negeri yaitu Presiden. Dan ini sudah terbukti bahwa perjuangan dari para pejuang wanita terdahulu itu benar berhasil dan dirasakan dampaknya sekarang ,dan tidak salah kalau perempuan dapat merasa bangga akan hal ini. Tapi hal yang terpenting adalah bagaimana perempuan itu tidak lupa akan posisinya sebagai manajer dalam rumah tangga dan keluarganya dan dapat melakukan semuanya itu dengan seimbang di semua fungsi yang ada di rumah maupun di luar rumah.

Tapi sisi lain adalah, jika kesetaraan gender ini dapat menjadi cambuk untuk kaum perempuan itu sendiri. Contohnya jika si perempuan sudah merasakan enak dengan posisinya, pekerjaan bahkan prestasi yang dimilikinya, maka mereka akan merasa dirinya berada di atas sang suami , baik karena jabatan ataupun penghasilannya. Dan akhirnya mereka merasa mampu untuk membiayai apapun dengan uang yang mereka miliki dan lupa akan adanya suami disamping mereka yang memang sudah tugas dan kewajiban para suamilah untuk membiayai semua kebutuhan keluarganya. Jika melihat hal ini ,apa yang akan terjadi kemudian? Terjadi pertengkaran demi pertengkaran karena sang suami merasa sudah tidak dihargai lagi,sehingga akan berakhir pada satu titik kejenuhan yang bermuara pada perceraian. Atau jika hal tersebut tidak terjadi maka akan terjadi eksploitasi pada kaum wanita didalam rumahnya sendiri. Dimana sang istri yang akan bekerja membanting tulang dan suami hanya akan berada dirumah serta bersenang senang dari keringat sang istri.

Melihat hal ini, maka sapa yang layak untuk disalahkan? Sang Perempuan atau sang Laki- laki? Atau lebih tragis lagi apakah kesetaraan gender inilah yang pantas untuk disalahkan?

Tidak ada yang pantas untuk disalahkan karena yang di butuhkan adalah perbaikan dalam komunikasi diantara keduanya, serta perbaikan dalam memantapkan komitmen dari kedua pihak dan kesadaran untuk tahu dan mengerti tentang posisi dan kapasitas masing – masing.

Tidaklah salah jika, dari pribadi kita untuk memahami tantang makna yang tercantum dalam kesetaraan gender khususnya untuk kaum wanita. Dan jika nanti dimana mereka berada dalam meniti karir, maka perempuan – perempuan ini akan tetap mendahulukan kapasitas dan proposinya untuk menjaga rumah tangganya serta mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan keluarga. Yang pada akhirnya nanti tidak terjadi lagi konflik keluarga yang dramatis, meskipun fenomena dan potensi dari konflik ini sangat dekat, seperti perceraian, kekerasan dan eksploitasi wanita yang sampai sekarang bahkan tidak mungkin akan tetap terjadi. Dengan kekuatan dan semangat dari RA Kartini dan para kaum pejuang wanita terdahulu yang ada di negeri ini harus tetap ada dan terus berjuang dalam membangun bangsa menuju kearah yang lebih baik dengan dilandasi nilai – nilai demokrasi yang berkeadilan dan sejajar diantara wanita.

Tidak ada komentar:

KOMPAS.com

DonkeyMails.com: No Minimum Payout

Foto Kiriman

Foto Kiriman
Mei 1998

di senayan

menunggu keputusan Mei 1998