DonkeyMails.com: No Minimum Payout
Join Vinefire!

Selamat Bergabung di INDONESIA MANDIRI

Berat????,,, memang di situlah letak nya perjuangan demi kemajuan kita barsama.
Kalau saja Bung Karno dengan kesederhanaan gaya hidup Rakyat Indonesia ketika itu berani memperjuangkan, dan bahkan beliau sangat kenyang keluar masuk Penjara - kami yakin kita tidak akan seperti itu, namun tetap memerlukan Pemikiran significant, bila tidak maka DEKOLONIALISASI gaya baru akan sangat tidak terasa apabila anda tidak bergerak darisekaran.

Rabu, 03 Juni 2009

Matshushita-san in Action

Dear All,

Sekarang ini, kita semua tahu 'krisis ekonomi'.
Pengaruhnya terhadap cara hidup, luar biasa besarnya.
Kalangan Atas, berguguran.
Kalangan Menengah ke Bawah, pontang-panting.
Kerusakan yang ditimbulkan tidak kita ragukan lagi.
Tapi ... kebayang gak seh, situasi yang lebih gawat daripada krisis ?

Di tahun 1929, pernah terjadi 'Depresi Ekonomi Global'.
Wall Street menukik tajam tak terkendali.
Surat saham tak lebih nilainya seperti kertas biasa.
Saat itu, General Motor terpaksa mem-PHK separo dari 92.829
karyawannya.
Perusahaan besar maupun kecil bangkrut.
Jutaan orang menjadi pengangguran. Jutaan orang kelaparan.
Daya beli turun bersama harga dan lowongan pekerjaan.
Malam menjadi gelap gulita.
Kepanikan terjadi di mana-mana.
Toko yang masih bertahan, menghentikan pembelian dari pabrik karena
gudang sudah penuh dengan barang yang tidak terjual.

Saat itu, Konosuke Matsushita yang memproduksi peralatan listrik
bermerek National dan Panasonic baru saja merampungkan pabrik dan kantor
dengan pinjaman dari Bank Sumitomo.
Kondisi badannya sering sakit-sakitan akibat gizi yang kurang dimasa
kanak-kanak, ditambah lagi dengan kerja 18 jam sehari, 7 hari seminggu
selama 12 tahun merintis usahanya. Hanya semangat hiduplah
yang membuatnya masih bernapas.

Dengan punggung bersandar ke tembok rumah, Matsushita mendengarkan
laporan tentang kondisi perekonomian yang terus memburuk ketika
Manager Manajemennya datang menjenguk. Lalu bagaimana tanggapannya ?
"Kurangi produksi separonya, tetapi JANGAN mem-PHK karyawan. Kita
akan mengurangi produksi bukan dengan merumahkan karyawan,
tetapi dengan meminta mereka untuk bekerja di pabrik hanya setengah hari.
Kita akan terus membayar upah seperti yang mereka terima sekarang,
tetapi kita akan menghapus semua hari libur. Kita akan meminta semua
kartyawan untuk bekerja sebaik mungkin dan berusaha menjual semua barang
yang ada di gudang."

Perintah Ajaib ini bagi anak buahnya sama anehnya dengan depresi ekonomi
itu
sendiri. Koq bisa terjadi, yah ?

Dalam situasi begitu, sangatlah masuk akal jika perusahaan mem-PHK
karyawan demi efisiensi. Namun Matsushita karena keyakinannya pada
Sang Kebajikan sudah mantap, demi kelangsungan hidup anak-istri
karyawannya, akhirnya mampu menghasilkan terobosan yang manusiawi pada masa
depresi ekonomi tersebut.

Kebajikan Matsushita terhadap karyawannya mendapatkan hasil yang manis
16 tahun kemudian dari karyawan yang pernah ditolongnya.
Ia menuai buah kebajikannya sendiri.

Ketika Perang Dunia II berakhir, Jenderal Douglas McArthur yang
mengendalikan Jepang, menangkapi semua Pengusaha Jepang untuk diadili
karena keterlibatan mereka selama perang.

Pada kurun 1930-an, para pengusaha Jepang, termasuk Matsushita,
mendapat tekanan Regim Militer Jepang saat itu untuk memproduksi senjata
dan logistik militer lainnya. Maka Matsushita pun ikut ditangkap.

Sekitar 15.000 pekerja bersama keluarganya membubuhkan tanda tangan
Petisi Pembelaan untuk Matsushita !!! Jenderal McArthur pun tercengang
oleh petisi tersebut dan akhirnya membebaskan Matsushita.
Tidak ada pemilik usaha dan pimpinan industri sebelum Perang Dunia kedua
yang diizinkan McArthur kembali ke pekerjaannya kecuali Matsushita.

Demikianlah Matsushita dapat terus memimpin perusahaannya sampai
menjadi raksasa elektronik dunia, dan baru pensiun pada tahun 1989 pada
usia
94 tahun.
Ketika Matsushita meninggal tahun 1990, bukan cuma para pebisnis yang
berduka cita.
Presiden USA saat itu, George Bush ( Senior ), pun turut berduka.

* Matsushita berhasil membangun dirinya melewati ambang batas pengusaha
yang umumnya selalu lapar duit dan haus fulus serta menjadi pribadi yang
humanis dan filsuf yang sangat peduli terhadap kemanusiaan.

* Bagi Matsushita, uang bukanlah tujuan.
Meskipun butuh uang tetapi uang bukanlah segala-galanya.
Baginya, uang adalah sarana untuk melakukan kebajikan.

* Itu sebabnya, beliau tidak pernah menggigit orang, main curang, atau
merebut jatah orang lain. Matsushita yakin bahwa kalau kita tidak jahat
dan terus berbuat baik maka kejahatan akan menjauhi kita dan kebaikan akan
melindungi kita.

* Bagaimana dengan kita ?

* Sudah cukup baikkah kita hari ini ?

Sumber : TRUE

Tidak ada komentar:

KOMPAS.com

DonkeyMails.com: No Minimum Payout

Foto Kiriman

Foto Kiriman
Mei 1998

di senayan

menunggu keputusan Mei 1998